Sabtu, 17 Mei 2014

DISORGANISASI SOSIAL

DISORGANISASI SOSIAL : DIFERENSIASI,
SPESIALISASI SOSIAL  & DEVIASI SOSIAL

Oleh : Melvin M.Simanjuntak, STh, MSi


1.Pengertian Diferensiasi Sosial
Menurut Nasikun, Bentuk struktur social di Indonesia terdiri dari :
1. Vertical  disebut stratifikasi social (struktur sosial ditandai dengan adanya  kesatuan sosial  berdasarkan perbedaan lapisan-lapisan sosial)
2. Horizontal disebut Diferensiasi Sosial (struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, dan adat.
Menurut Kamus Sosiologi, diferensiasi adalah klasifikasi atau penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau sejenis.
Menurut Huky (1982) kondisi umum terciptanya stratifikasi sosial dalam masyarakat adalah :
 1. Perbedaan ras dan budaya.
Perbedaan ciri biologis, latar belakang etnis dan budaya mengakibatkan kelas-kelas sosial tertentu.Contoh, Sebelum PD II kaum kulit putih sebagai lapisan paling atas
2. Spesialisasi Pembagian tugas (pembagian kerja)
Spesialisasi berkaitan dengan fungsi kekuasaan dan status dalam stratifikasi sosial.
3.  Kelangkaan
Terjadi karena alokasi hak dan kekuasaan yang jarang atau langka. Kelangkaan terasa bila masyarakat mulai membedakan posisi, alat-alat kekuasaan, dan fungsi-fungsi yang ada dalam waktu yang sama.
  • Bentuk struktur sosial dalam masyarakat dapat melihat dari beberapa sudut  di antaranya sebagai berikut :
A.  Ditinjau dari sifatnya
1. Struktur sosial kaku ( kesulitan untuk perpindahan status spt Kasta dlm Hindu )
2. Struktur sosial luwes ( individu bebas bergerak melakukan perubahan)
3. Struktur sosial formal (bentuk struktur sosial yang memerintah. spt Bupati )
4. Struktur sosial informal (struktur social yang nyata ada dan berfungsi, tidak terlegitimasi  secara hukum spt tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama.
B. Ditinjau dari identitas keanggotaan masyarakat
1. Struktur sosial homogen (ada kesamaan identitas  tiap  individu spt suku, ras
2. Struktur sosial heterogen (ragam identitas individu masyarakat )
C.  Ditinjau dari ketidaksamaan sosial
1. Keadaan geografis  (hasilkan perbedaan mata pencarian, corak dan tradisi)
2. Etnisitas (Ras atau suku bangsa memilki latar belakang nenek moyang yang berbeda, hidup terpencar di pulau-pulau yang terpisah oleh lautan menyebabkan timbul keanekaragaman budaya.
3. Kemampuan potensi diri (perbedaan potensi hasilkan perbedaan profesi, hobi, kekayaan, predikat gelar, dsb.
4. Latar belakang sosial (menghasilkan perbedaan tingkat pendidikan, peranan, prestise, dan kekuasaan).
Menurut Peter M.Blau bentuk Struktur Sosial menjadi 2 tipe, yakni :
1. Intersected (interseksi)
Jika keanggotaan dalam kelompok-kelompok sosial yang ada bersifat menyilang (interseksi). Artinya, keanggotaan dalam kelompok social tersebut memiliki latar belakang ras,suku bangsa, ataupun agama yang berbeda-beda.
2. Consolidated (konsolidasi),
Jika terjadi tumpang tindih parameter (tolak ukur) dan mengakibatkan penguatan identitas keanggotaan dalam sebuah kelompok sosial. Dalam proses sosial, kelompok sosial berkembang menjadi wadah bagi individu-individu yang memiliki latar belakang ras, suku, kebiasaan, dan kepercayaan yang sama.
Interseksi terjadi bisa melalui :
a. hubungan ekonomi, melalui perdagangan dan perindustrian
b.hubungan sosial, melalui perkawinan dan pendidikan
c.hubungan politik melalui hubungan diplomatik atau hubungan antanegara
Dampak interseksi :
a. meningkatkan solidaritas
b. menimbulkan potensi konflik
Konsolidasi merupakan suatu proses penguatan atau peneguhan keanggotaan individu atau beberapa kelompok yang berbeda dalam suatu kelompok social melaluitumpang tindih anggota. Sekaligus punya arti memperkuat rasa persatuan antarkomponen atau kebudayaan masyarakat dengan mengedepankan parameter nilai kesatuan seperti nasionalisme.
Konsolidasi adalah hubungan yang menciptakan perbedaan-perbedaan social yang mencolok. Hubungan konsolidasi terjadi apabila masing-masing kelompok tidak terkait satu sama lain tetapi justru saling memperkuat perbedaan mereka, dengan menambah perbedaan dalam aspek lain sehingga perbedaan antarkelompok tersebut semakin tajam
Fungsi Struktur Sosial
Dari paparan di atas dapat dipahami bhw struktur sosial memiliki beberapa fungsi sosial di tengah masyarakat, yakni :
1. Dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial
2. Pengawas sosial        
3. Karakteristik yang khas yang dimiliki suatu masyarakat sehingga dapat memberikan warna yang berbeda dari nasyarakat lain.
2. Bentuk Diferensiasi Sosial
A.    Ciri-ciri yang Mendasari / Karakteristik Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
B.  Klasifikasi  Rinci Diferensiasi secara universal terbagi dari :
1. Diferensiasi sosial berdasarkan ras
Menurut Koentjaranigrat, “ras adalah suatu golongan yang menunjukkan berbagai ciri tubuh tertentu dengan suatu frekuensi yang besar “.
Klasifikasi ras dari A.L.Koeber (1948)  menggambarkan penggolongan ras-ras terpenting  di dunia, serta hubungan antara satu dan yang lain sebagai berikut :
(1) Australoid  merupakan penduduk asli Australia
(2) Mongoloid
 a.   Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur)
b.   Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan)
 c.   American Mongoloid (penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan).
(3) KauKasoid
 a.   Nordic (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)
b.   Alpine (Eropa Tengah dan Timur)
c.   Mediterranean (penduduk sekitar Laut Tengah, Amerika Utara, Armenia,arab, dan Iran)
d.    Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka).
 (4) Negroid
a.   African Negroid (Benua Afrika)
b.   Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filiphina)
c.   Maleniesian (Irian, Malanesia)
(5) Ras-Ras Khusus
a.   Bushman (di daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan)
b.   Veddoid (di pedalaman Sri Langka dan Sulawesi Selatan)
c.   Polynesian (di kepulauan mikronesia dan Polinesia)
d.   Ainu (di pulau Karafuto dan Hokkaido Jepang Utara)
Klasifikasi Ras Menurut Ralph Linton terdiri dari :
1.Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari Sub Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang,
2.Taiwan, Vietnam) dan Sub Ras Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang Indian di Amerika.
3. Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.
4. Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis dan Hotentot-Boysesman.
Beberapa faktor yang dapat membedakan ciri-ciri khas fisik  setiap RAS  adalah :
1.  Kondisi geografis dan iklim
Orang yang hidup di daerah dingin memiliki hidung panjang karena membantu memanaskan dan melembabkan udara sebelum masuk ke paru-paru. Sedangkan orang di daerah tropis memiliki hidung lebar.
2.  Faktor makanan
Menimbulkan variasi sosok tubuh. Orang ynag di daerah dingin bertubuh besar sedangkan di daeah tropis cenderung bertubuh pendek dan  kecil.
3.  Faktor perkawinan (amalgamasi)
Hal ini disebabkan mobilitas masyarakat yang demikian besar. Amalmagasi bukan hanya terjadi antar ras tetapi juga antar etnis. Contoh di Indonesia orang Jawa kawin dengan orang padang. 
2. Diferensiasi sosial berdasarkan etnis
Diferensiasi sosial berdasarkan etnis atau suku bangsa dapat diteliti dari jumlah sukubangsa yg mendiami suatu tempat pada masyarakat tertentu.
Jumlah suku Bangsa di Indonesia
1. C. Van Vollen houven (316 buah)
2. Prof. Dr. Koentjaranigrat (119)
3. Diferensiasi sosial berdasarkan agama
Diferensiasi sosial berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan sosial bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut satu agama tertentu misalnya umat Kristen, umat Islam, dst. Sebutan itu menunjukkan adanya penggolongan penduduk atau warga masyarakat berdasarkan agama yang dianut.
4. Diferensiasi sosial berdasarkan gender
Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang tersusun secara social dan cultural. Misalnya, perempuan itu secara umum dikenal lemah, lembut, cantik,emosional, atau keibuan. Sementara itu, laki-laki dianggap memiliki sifat kuat,rasional, jantan, dan perkasa. Sementara itu, banyak laki-laki yang emosional dan lembah lembut. Jadi sifat gender dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan.
5. Diferensiasi sosial berdasar Klan (disebut extended family)
Klan adalah kesatuan geneologis (kesatuan keturunan), religio magis (kesatuan kepercayaan) dan tradisi (kesatuan adat). Sifat  religio magis pada klan tercermin dalam pandangan mereka terhadap kesakralan hubungan kekeluargaan klan. Contoh, masyarakat Batak, apabila  ada peristiwa kelahiran, kematian,dll, semua anggota semarga klan ada tanggung jawab melaksanakan upacara adatnya.
6. Diferensiasi sosial berdasarkan Profesi
Penggelompokkan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesi.Contoh profesi guru, dsb. Perbedaan profesi juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contoh. perilaku tentara berbeda dengan guru dalam melaksanakan pekerjaannya
BERBAGAI PENGARUH DIFERENSIASI SOSIAL YANG TERDAPAT DALAM MASYARAKAT
  1. Primodialisme, adalah suatu paham yang menganggap bahwa kelompoknya lebih baik dibanding dengan kelompok lain.
b. Etnosentisme, adalah suatu sikap atau paham yang menganggap budaya masyarakat lebih tinggi dibanding dgn masyarakat lain, spt NAZI, WASP,dst
c. Sektarian (politik  aliran), adalah kegiatan politik praktis tiap individu akibat munculnya sentimen primodial tersebut.
7 Diferensiasi Jenis Kelamin
        Kategori masyarakat berdasarkan perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat dilihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.
8. Diferensiasai Asal Daerah
        Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi: 1.masy desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa; 2.masy kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota. Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat ditemukan dalam hal2 berikut : 1.perilaku, 2.tutur kata, 3. cara berpakaian, 4.cara menghias rumah, dst
9. Diferensiasi Partai
        Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas, seideologi dan sealiran.
3. “Anomie” Emile Durkheim
Ide Durkheims dari anomi yang berbasis di sekitar teori bahwa "Setiap kali kebutuhan seseorang membutuhkan lebih dari apa yang dapat diberikan, atau bahkan hanya sesuatu dari jenis yang berbeda, mereka akan berada di bawah gesekan terus-menerus dan hanya berfungsi menyakitkan" Durkheim (Suicide, 1897)
Durkheim percaya bahwa masyarakat hanya mampu memberikan sarana untuk meringankan 'beban' pada anggotanya, namun ketika menyimpang sesuatu terjadi pada masyarakat itu sendiri kehilangan kemampuan ini menyebabkan anomi, (dan dalam durkheims mempelajari kenaikan tingkat bunuh diri).
4. “Deviasi” Versi Robert Merton
Merton memahami anomi sebagai 'disjungsi antara tujuan dan sarana'
Argumen Mertons tentang anomi berdasarkan bahwa orang-orang dalam masyarakat memiliki norma-norma dan nilai-nilai yang sangat mirip
Sebagai contoh di amerika masyarakat Merton mengatakan bahwa tujuan umum dari seseorang untuk menjadi kaya
"Ini adalah kombinasi dari penekanan budaya dan struktur sosial yang menghasilkan tekanan kuat untuk penyimpangan“ (Merton, 1968)
Merton percaya bahwa tekanan dan stressing (ketegangan) memakai orang dalam masyarakat dapat menyebabkan mereka ke dalam penyimpangan, dengan hasil akhir dari sosial anomi.
5. Pembatasan “ Deviasi “
1. Menurut James Vander Zenden, penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
2. Menurut Bruce J. Cohen, perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
3. Menurut Paul B. Horton, penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
 4. Menurut Lewis Coser, perilaku menyimpang ialah salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
6. Proses Pembentukan Deviasi
A. Faktor Biologis
Cesare Lombrosso, kriminolog dari Italia, dalam bukunya  Crime, Its Causes and Remedies (1918) memaparkan bhw perilaku menyimpang yang terkait dengan bentuk tubuh seseorang. Dengan tegas, Lombrosso mengatakan bahwa ditinjau dari segi biologis penjahat itu keadaan fisiknya kurang maju apabila dibandingkan dengan keadaan fisik orang-orang biasa. Lombrosso berpendapat bahwa orang yang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan beserta jari-jarinya dan jari-jari kaki relatif besar, serta susunan gigi yang abnormal.
William Sheldon, kriminolog Inggris dalam bukunya  Varieties of Delinquent Youth (1949) membedakan bentuk tubuh manusia yang mempunyai kecenderungan melakukan penyimpangan ke dalam tiga bentuk, yaitu  endomorph,  mesomorph, dan  ectomorph yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu.
1)  Endomorph  (Bulat dan Serba Lembek)
 Orang dengan bentuk tubuh ini menurut kesimpulannya dapat terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang, karena sangat mudah tersinggung dan cenderung suka menyendiri.
 2)  Mesomorph  (Atletis, Berotot Kuat, dan Kekar)
Orang dengan bentuk tubuh seperti ini sering menunjukkan sifat kasar dan bertekad untuk menuruti hawa nafsu atau keinginannya. Bentuk demikian ini biasanya identik dengan orang jahat yang paling sering melakukan perilaku menyimpang.
3)  Ectomorph  (Kurus dan Terlihat Kelemahan Daya)
 Orang yang seperti ini selalu menunjukkan kepasrahan, akan tetapi apabila mendapat penghinaan-penghinaan yang luar biasa tekanan jiwanya dapat meledak, dan barulah akan terjadi perilaku menyimpang darinya.
B. Faktor Psikologis
Para ahli sosiologi cenderung menerima sebab-sebab psikologis sebagai penyebab pembentukan perilaku menyimpang. Misalnya hubungan antara orang tua dan anak yang tidak harmonis. Banyak orang meyakini bahwa hubungan antara orang tua dan anak merupakan salah satu ciri yang membedakan orang 'baik' dan orang 'tidak baik'. Sikap orang tua yang terlalu keras maupun terlalu lemah seringkali menjadi penyebab deviasi pada anak-anak.
C. Faktor Sosiologis
Banyak teori sosiologi yang menerangkan faktor penyebab perilaku menyimpang. Misalnya, ada yang menyebutkan kawasan kumuh ( slum ) di kota besar sebagai tempat persemaian deviasi dan ada juga sosialisasi yang buruk membuat orang berperilaku menyimpang. Ada ditemukan hubungan antara 'ekologi' kota dengan kejahatan, mabuk-mabukan, kenakalan remaja, dan bunuh diri. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan faktor2 penyebabnya:
1) Penyimpangan sbg Hasil Sosialisasi Tidak Sempurna
Menurut teori sosialisasi, bila sosialisasi tidak sempurna akan menghasilkan perilaku yang menyimpang. Sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami sehingga timbul tindakan seseorang tanpa peduli risiko.
2) Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi dari Nilai- Nilai Subkebudayaan Menyimpang
 Shaw dan  Mc. Kay mengatakan, daerah2 tidak teratur dan tidak ada organisasi yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerah2 demikian, perilaku menyimpang (kejahatan) dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang sudah tertanam dalam kepribadian masyarakat itu.
3) Proses Belajar yang Menyimpang
Mekanisme proses belajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar terhadap hal-hal lain yang ada di masyarakat. Proses belajar itu dilakukan terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan menyimpang.
4) Ikatan Sosial yang Berlainan
Setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok berbeda. Hubungan dengan kelompok2 itu cenderung menempatkan dirinya dengan kelompok yang paling dihargai. Dalam hubungan itu, individu itu memperoleh pola2 sikap dan perilaku kelompoknya. Bila pergaulan itu memiliki pola2 sikap dan perilaku menyimpang, maka kemungkinan besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang.
7. Teori Penyimpangan Sosial
Sejumlah teori penyimpangan sosial dapat dikemukakan di bawah ini, yakni teori differential association yang digagas Sutherland, teori labeling oleh Edwin M. Lemert, teori anomie dari Emile Durkheim, teori Konflik oleh Karl Marx, dan teori Tipologi Adaptasi oleh Robert K. Merton. Kita bahas  satu per satu
1. Teori Differential Association. Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang dipelajari melalui proses cultural transmission (alih budaya).
2. Teori Labeling/Reaksi Sosial. Teori ini menyatakn bahwa individu atau kelompok menjadi menyimpang karena adanya label atau cap atau stigma yang diberikan masyarakat kepada mereka.
3. Teori Anomie. Teori ini menyatakan bahwa penyimpangan merupakan akibat timbulnya ketegangan-ketegangan dalam usaha meraih posisi yg diharapkan masyarakat.
4. Teori Sosialisasi. Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena ketidakmampuan warga masyarakat dalam menghayati nilai-nilai dan norma dominan yang telah disepakati oleh komunitas tertentu (Delinquency-area; padat, miskin, kumuh ).
5. Teori Pengendalian. Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang dipengaruhi oleh dua faktor, Inside control berupa norma-norma yang dihayati, dan outside control berupa Reward terhadap konformitas and punishment terhadap deviance.
6. Teori Konflik
 Teori ini berpandangan bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompokkelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Pandangan ini juga mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.
7. Teori Tipologi Adaptasi
Teori ini menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan, di mana tujuan tersebut adalah halhal yang pantas dan baik. Selain itu, diatur juga cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara tujuan (cita-cita) yang ditetapkan dengan cara untuk mencapainya, maka akan terjadi penyimpangan.
Merton mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan pemberontakan (keempat yang terakhir merupakan perilaku menyimpang).
1. Konformitas (  conformity  ) , merupakan cara adaptasi dimana pelaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan oleh masyarakat. Misalnya Gaelan belajar dengan sungguh-sungguh agar nilai ulangannya bagus.
2. Inovasi (  inovation  ), terjadi apabila seseorang menerima tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang diidamkan masyarakat, tetapi menolak norma dan kaidah yang berlaku. Misalnya untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM), Arif tidak mengikuti ujian, melainkan melalui calo
3.  Ritualisme (  ritualism  ), terjadi apabila seseorang menerima cara-cara yang diperkenankan secara kultural, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaan. Misalnya, walaupun tidak mempunyai keahlian atau keterampilan di bidang komputer, Mita berusaha untuk mendapatkan ijazah itu agar diterima kerja di perusahaan asing.
4. Pengasingan diri (  retreatism  ), timbul apabila seseorang menolak tujuan-tujuan yang disetujui maupun cara-cara pencapaian tujuan tersebut. Pengasingan diri terjadi apabila nilai-nilai sosial budaya yang berlaku tidak dapat dicapai melalui cara-cara yang telah ditetapkan. Misalnya tindakan siswa yang membakar gedung sekolahnya karena tidak lulus Ujian Akhir Nasional.
5. Pemberontakan (  rebellion  ), terjadi apabila seseorang menolak sarana maupun tujuan yang disahkan oleh kebudayaan dan menggantikannya dengan yang lain. Misalnya pemberontakan G 30S/PKI yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis.
8. Ragam Penyimpangan Sosial
a. Penyimpangan Individual ( Individual Deviation)
 Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya.
Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan atas pembandel, pembangkang, perusuh atau penjahat, dan munafik.
1)  Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2)  Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
 3) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.
4) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain.
 5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
b. Penyimpangan Kelompok (  Group Deviation  )
Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan ini terjadi dalam subkebudayaan menyimpang yang umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi sendiri, sehingga cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang lebih luas.
c. Penyimpangan Campuran (Mixture of Both Deviation)
 Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan pengangguran yang frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat. Mereka sering berpikir seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh jalan pintas untuk hidup enak, dgn  membuat “gang” spt marak saat ini. Kelompok ini terorganisasi dan memiliki pimpinan yg jd idola-nya
d. Penyimpangan Primer (  Primary Deviation  )
Penyimpangan ini dilakukan seseorang hanya bersifat temporer atau sementara dan tidak berulang. Individu yang melakukan penyimpangan ini masih dapat diterima oleh masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang tersebut dan di lain kesempatan tidak akan melakukannya lagi.
e. Penyimpangan Sekunder (  Secondary Deviation  )
Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang secara terus-menerus, sehingga akibatnya pun cukup parah serta mengganggu orang lain. Akibatnya masyarakat tidak dapat menerima dan tidak menghendaki individu semacam itu hidup bersama dalam masyarakat mereka.
Light, Keller, dan  Callhoun dalam bukunya yang berjudul  Sociology (1989) membedakan kejahatan menjadi empat tipe, yaitu:
1)  White Collar Crime  (Kejahatan Kerah Putih)
        Kejahatan yang dilakukan orang yang terpandang atau berstatus tinggi dalam hal pekerjaannya. Contoh : Koruptor, Pengemplang pajak, dst
2)  Crime Without Victim  (Kejahatan Tanpa Korban)
        Kejahatan tidak menimbulkan penderitaan pada korban secara langsung akibat tindak pidana yang dilakukan. Contoh : penjudi, pemabuk, pemerkosa
3)  Organized Crime  (Kejahatan Terorganisir)
        Kejahatan ini dilakukan secara terorganisir dan berlanjut dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan jalan menghindari hukum. Contoh : muncikari/germo, penadah barang curian, perdagangan perempuan/anak/bayi keluar negeri
 4)  Corporate Crime  (Kejahatan Korporasi)
        Kejahatan ini dilakukan organisasi formal dengan tujuan menaikkan keuntungan dan menekan kerugian. Contoh : pedagang2 opium membentuk kartel/usaha
Selanjutnya Light, Keller, dan Callhoun membagi tipe kejahatan korporasi ini menjadi empat, yaitu kejahatan terhadap konsumen, kejahatan terhadap publik, kejahatan terhadap pemilik perusahaan, dan kejahatan terhadap karyawan.
Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan oleh masyarakat. Adapun beberapa jenis perilaku ini di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah.
2)  Homoseksual, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan sesama jenis. Homoseksual dibedakan atas lesbian dan homoseks. Lesbian adalah hubungan seksual dengan sesama wanita, sedangkan homoseks hubungan seksual dengan sesama pria.
3)  Kumpul kebo (Semenleven), yaitu hidup bersama seperti suami istri, namun tanpa ada ikatan pernikahan.
4)  Sadomasochist , yaitu pemuasan nafsu seksual dengan melakukan penyiksaan terhadap pasangannya. 
5)  Paedophilia , yaitu memuaskan keinginan seksual yang dilampiaskan kepada anak kecil.
6) Sodomi, yaitu hubungan seksual yang dilakukan melalui anus atau dubur; sering disebut “analsex”.
 7)  Gerontophilia , yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan orang-orang lanjut usia.
Menurut  Dr. Graham Baliane (Kartini Kartono, 1992) kaum muda atau remaja lebih mudah terjerumus pada penggunaan narkotika karena faktor-faktor sebagai berikut.
 1) Ingin membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan berbahaya.
2) Ingin menunjukkan tindakan menentang terhadap orang tua yang otoriter.
3) Ingin melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional.
4) Ingin mencari dan menemukan arti hidup.
5) Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan.
6) Ingin menghilangkan kegelisahan.
7) Solidaritas di antara kawan. 
8)  Ingin tahu.
Di masyarakat, kita bisa menemukan berbagai gaya hidup yang antara orang yang satu dengan orang yang lain mungkin terdapat perbedaan-perbedaan. Gaya hidup setiap orang bisa dipengaruhi oleh lingkungan, pendapatan, kemampuan pribadi, dan lain-lain. Gaya hidup seseorang juga dapat menimbulkan suatu penyimpangan dalam masyarakat. Ada dua bentuk penyimpangan dalam gaya hidup, yaitu sikap arogan dan sikap eksentrik.
 1) Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Atau bisa saja sikap itu dilakukan untuk menutupi kekurangannya.
 2) Sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh. Misalnya anak lakilaki memakai anting-anting, berambut panjang.
Menurut  Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan
b. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa juga Ditolak
c. Penyimpangan Relatif dan Mutlak
d. Penyimpangan terhadap Budaya Nyata ataukah Budaya Ideal
e. Terdapat Norma-Norma Penghindaran dalam Penyimpangan
f. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif (Menyesuaikan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar