DISORGANISASI SOSIAL :
DIFERENSIASI,
SPESIALISASI SOSIAL &
DEVIASI SOSIAL
Oleh : Melvin M.Simanjuntak,
STh, MSi
1.Pengertian Diferensiasi
Sosial
Menurut Nasikun, Bentuk struktur
social di Indonesia terdiri dari :
1. Vertical disebut stratifikasi social (struktur sosial
ditandai dengan adanya kesatuan
sosial berdasarkan perbedaan
lapisan-lapisan sosial)
2. Horizontal disebut
Diferensiasi Sosial (struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial
berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, dan adat.
Menurut Kamus Sosiologi,
diferensiasi adalah klasifikasi atau penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan
tertentu yang biasanya sama atau sejenis.
Menurut Huky (1982) kondisi umum
terciptanya stratifikasi sosial dalam masyarakat adalah :
1. Perbedaan ras dan budaya.
Perbedaan ciri biologis, latar
belakang etnis dan budaya mengakibatkan kelas-kelas sosial tertentu.Contoh,
Sebelum PD II kaum kulit putih sebagai lapisan paling atas
2. Spesialisasi Pembagian tugas
(pembagian kerja)
Spesialisasi berkaitan dengan
fungsi kekuasaan dan status dalam stratifikasi sosial.
3. Kelangkaan
Terjadi karena alokasi hak dan
kekuasaan yang jarang atau langka. Kelangkaan terasa bila masyarakat mulai
membedakan posisi, alat-alat kekuasaan, dan fungsi-fungsi yang ada dalam waktu
yang sama.
- Bentuk
struktur sosial dalam masyarakat dapat melihat dari beberapa sudut di antaranya sebagai berikut :
A. Ditinjau dari sifatnya
1. Struktur sosial kaku (
kesulitan untuk perpindahan status spt Kasta dlm Hindu )
2. Struktur sosial luwes (
individu bebas bergerak melakukan perubahan)
3. Struktur sosial formal (bentuk
struktur sosial yang memerintah. spt Bupati )
4. Struktur sosial informal
(struktur social yang nyata ada dan berfungsi, tidak terlegitimasi secara hukum spt tokoh masyarakat, tokoh
adat, tokoh agama.
B. Ditinjau dari identitas
keanggotaan masyarakat
1. Struktur sosial homogen (ada
kesamaan identitas tiap individu spt suku, ras
2. Struktur sosial heterogen
(ragam identitas individu masyarakat )
C. Ditinjau dari ketidaksamaan sosial
1. Keadaan geografis (hasilkan perbedaan mata pencarian, corak dan
tradisi)
2. Etnisitas (Ras atau suku
bangsa memilki latar belakang nenek moyang yang berbeda, hidup terpencar di
pulau-pulau yang terpisah oleh lautan menyebabkan timbul keanekaragaman budaya.
3. Kemampuan potensi diri
(perbedaan potensi hasilkan perbedaan profesi, hobi, kekayaan, predikat gelar,
dsb.
4. Latar belakang sosial
(menghasilkan perbedaan tingkat pendidikan, peranan, prestise, dan kekuasaan).
Menurut Peter M.Blau bentuk
Struktur Sosial menjadi 2 tipe, yakni :
1. Intersected (interseksi)
Jika keanggotaan dalam
kelompok-kelompok sosial yang ada bersifat menyilang (interseksi). Artinya,
keanggotaan dalam kelompok social tersebut memiliki latar belakang ras,suku
bangsa, ataupun agama yang berbeda-beda.
2. Consolidated (konsolidasi),
Jika terjadi tumpang tindih
parameter (tolak ukur) dan mengakibatkan penguatan identitas keanggotaan dalam
sebuah kelompok sosial. Dalam proses sosial, kelompok sosial berkembang menjadi
wadah bagi individu-individu yang memiliki latar belakang ras, suku, kebiasaan,
dan kepercayaan yang sama.
Interseksi terjadi bisa melalui :
a. hubungan ekonomi, melalui
perdagangan dan perindustrian
b.hubungan sosial, melalui
perkawinan dan pendidikan
c.hubungan politik melalui
hubungan diplomatik atau hubungan antanegara
Dampak interseksi :
a. meningkatkan solidaritas
b. menimbulkan potensi konflik
Konsolidasi merupakan suatu
proses penguatan atau peneguhan keanggotaan individu atau beberapa kelompok
yang berbeda dalam suatu kelompok social melaluitumpang tindih anggota.
Sekaligus punya arti memperkuat rasa persatuan antarkomponen atau kebudayaan
masyarakat dengan mengedepankan parameter nilai kesatuan seperti nasionalisme.
Konsolidasi adalah hubungan yang
menciptakan perbedaan-perbedaan social yang mencolok. Hubungan konsolidasi
terjadi apabila masing-masing kelompok tidak terkait satu sama lain tetapi
justru saling memperkuat perbedaan mereka, dengan menambah perbedaan dalam
aspek lain sehingga perbedaan antarkelompok tersebut semakin tajam
Fungsi Struktur Sosial
Dari paparan di atas dapat
dipahami bhw struktur sosial memiliki beberapa fungsi sosial di tengah
masyarakat, yakni :
1. Dasar untuk menanamkan suatu
disiplin sosial
2. Pengawas sosial
3. Karakteristik yang khas yang
dimiliki suatu masyarakat sehingga dapat memberikan warna yang berbeda dari
nasyarakat lain.
2. Bentuk Diferensiasi Sosial
A. Ciri-ciri yang Mendasari / Karakteristik Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ditandai
dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena
perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut,
hidung, muka, dsb.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul
karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku
dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan
peranan, prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan
berbeda dengan seorang karyawan kantor.
c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan
erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang
dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan
ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat
kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
B. Klasifikasi
Rinci Diferensiasi secara universal terbagi dari :
1. Diferensiasi sosial
berdasarkan ras
Menurut Koentjaranigrat, “ras
adalah suatu golongan yang menunjukkan berbagai ciri tubuh tertentu dengan
suatu frekuensi yang besar “.
Klasifikasi ras dari A.L.Koeber
(1948) menggambarkan penggolongan
ras-ras terpenting di dunia, serta
hubungan antara satu dan yang lain sebagai berikut :
(1) Australoid merupakan penduduk asli Australia
(2) Mongoloid
a.
Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur)
b. Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia,
Malaysia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan)
c.
American Mongoloid (penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari
orang-orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika
Selatan).
(3) KauKasoid
a.
Nordic (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)
b. Alpine (Eropa Tengah dan Timur)
c. Mediterranean (penduduk sekitar Laut Tengah,
Amerika Utara, Armenia,arab, dan Iran)
d. Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka).
(4) Negroid
a. African Negroid (Benua Afrika)
b. Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu,
Filiphina)
c. Maleniesian (Irian, Malanesia)
(5) Ras-Ras Khusus
a. Bushman (di daerah Gurun Kalahari, Afrika
Selatan)
b. Veddoid (di pedalaman Sri Langka dan
Sulawesi Selatan)
c. Polynesian (di kepulauan mikronesia dan
Polinesia)
d. Ainu (di pulau Karafuto dan Hokkaido Jepang
Utara)
Klasifikasi Ras Menurut Ralph
Linton terdiri dari :
1.Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai
sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia
Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian.
Mongoloid Asia terdiri dari Sub Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang,
2.Taiwan, Vietnam) dan Sub Ras
Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina.
Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang Indian di Amerika.
3. Kaukasoid,
memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat
kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras Nordic,
Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.
4. Negroid, dengan ciri fisik
rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini
dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis dan
Hotentot-Boysesman.
Beberapa faktor yang dapat
membedakan ciri-ciri khas fisik setiap
RAS adalah :
1. Kondisi geografis dan iklim
Orang yang hidup di daerah dingin
memiliki hidung panjang karena membantu memanaskan dan melembabkan udara
sebelum masuk ke paru-paru. Sedangkan orang di daerah tropis memiliki hidung
lebar.
2. Faktor makanan
Menimbulkan variasi sosok tubuh.
Orang ynag di daerah dingin bertubuh besar sedangkan di daeah tropis cenderung
bertubuh pendek dan kecil.
3. Faktor perkawinan (amalgamasi)
Hal ini disebabkan mobilitas
masyarakat yang demikian besar. Amalmagasi bukan hanya terjadi antar ras tetapi
juga antar etnis. Contoh di Indonesia orang Jawa kawin dengan orang
padang.
2. Diferensiasi sosial
berdasarkan etnis
Diferensiasi sosial berdasarkan
etnis atau suku bangsa dapat diteliti dari jumlah sukubangsa yg mendiami suatu
tempat pada masyarakat tertentu.
Jumlah suku Bangsa di Indonesia
1. C. Van Vollen houven (316
buah)
2. Prof. Dr. Koentjaranigrat
(119)
3. Diferensiasi sosial
berdasarkan agama
Diferensiasi sosial berdasarkan
agama terwujud dalam kenyataan sosial bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang
yang menganut satu agama tertentu misalnya umat Kristen, umat Islam, dst.
Sebutan itu menunjukkan adanya penggolongan penduduk atau warga masyarakat
berdasarkan agama yang dianut.
4. Diferensiasi sosial
berdasarkan gender
Gender adalah suatu sifat yang
melekat pada laki-laki dan perempuan yang tersusun secara social dan cultural.
Misalnya, perempuan itu secara umum dikenal lemah, lembut, cantik,emosional,
atau keibuan. Sementara itu, laki-laki dianggap memiliki sifat kuat,rasional,
jantan, dan perkasa. Sementara itu, banyak laki-laki yang emosional dan lembah
lembut. Jadi sifat gender dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan.
5. Diferensiasi sosial berdasar
Klan (disebut extended family)
Klan adalah kesatuan geneologis
(kesatuan keturunan), religio magis (kesatuan kepercayaan) dan tradisi
(kesatuan adat). Sifat religio magis
pada klan tercermin dalam pandangan mereka terhadap kesakralan hubungan kekeluargaan
klan. Contoh, masyarakat Batak, apabila
ada peristiwa kelahiran, kematian,dll, semua anggota semarga klan ada
tanggung jawab melaksanakan upacara adatnya.
6. Diferensiasi sosial
berdasarkan Profesi
Penggelompokkan masyarakat yang
didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesi.Contoh profesi guru, dsb.
Perbedaan profesi juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contoh.
perilaku tentara berbeda dengan guru dalam melaksanakan pekerjaannya
BERBAGAI PENGARUH DIFERENSIASI
SOSIAL YANG TERDAPAT DALAM MASYARAKAT
- Primodialisme,
adalah suatu paham yang menganggap bahwa kelompoknya lebih baik dibanding
dengan kelompok lain.
b. Etnosentisme, adalah suatu
sikap atau paham yang menganggap budaya masyarakat lebih tinggi dibanding dgn
masyarakat lain, spt NAZI, WASP,dst
c. Sektarian (politik aliran), adalah kegiatan politik praktis tiap
individu akibat munculnya sentimen primodial tersebut.
7 Diferensiasi Jenis Kelamin
Kategori
masyarakat berdasarkan perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis).
Perbedaan biologis ini dapat dilihat dari struktur organ reproduksi, bentuk
tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat
laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.
8. Diferensiasai Asal Daerah
Diferensiasi
ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat
tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi: 1.masy desa : kelompok orang yang
tinggal di pedesaan atau berasal dari desa; 2.masy kota : kelompok orang yang
tinggal di perkotaan atau berasal dari kota. Perbedaan orang desa dengan orang
kota dapat ditemukan dalam hal2 berikut : 1.perilaku, 2.tutur kata, 3. cara
berpakaian, 4.cara menghias rumah, dst
9. Diferensiasi Partai
Diferensiasi
partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara,
yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas, seideologi dan sealiran.
3. “Anomie” Emile Durkheim
Ide Durkheims dari anomi yang
berbasis di sekitar teori bahwa "Setiap kali kebutuhan seseorang
membutuhkan lebih dari apa yang dapat diberikan, atau bahkan hanya sesuatu dari
jenis yang berbeda, mereka akan berada di bawah gesekan terus-menerus dan hanya
berfungsi menyakitkan" Durkheim (Suicide, 1897)
Durkheim percaya bahwa masyarakat
hanya mampu memberikan sarana untuk meringankan 'beban' pada anggotanya, namun
ketika menyimpang sesuatu terjadi pada masyarakat itu sendiri kehilangan
kemampuan ini menyebabkan anomi, (dan dalam durkheims mempelajari kenaikan
tingkat bunuh diri).
4. “Deviasi” Versi Robert Merton
Merton memahami anomi sebagai
'disjungsi antara tujuan dan sarana'
Argumen Mertons tentang anomi
berdasarkan bahwa orang-orang dalam masyarakat memiliki norma-norma dan
nilai-nilai yang sangat mirip
Sebagai contoh di amerika
masyarakat Merton mengatakan bahwa tujuan umum dari seseorang untuk menjadi
kaya
"Ini adalah kombinasi dari
penekanan budaya dan struktur sosial yang menghasilkan tekanan kuat untuk
penyimpangan“ (Merton, 1968)
Merton percaya bahwa tekanan dan
stressing (ketegangan) memakai orang dalam masyarakat dapat menyebabkan mereka
ke dalam penyimpangan, dengan hasil akhir dari sosial anomi.
5. Pembatasan “ Deviasi “
1. Menurut James Vander Zenden,
penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai
hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
2. Menurut Bruce J. Cohen,
perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan
diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam
masyarakat.
3. Menurut Paul B. Horton,
penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
4. Menurut Lewis Coser, perilaku menyimpang
ialah salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
6. Proses Pembentukan Deviasi
A. Faktor Biologis
Cesare Lombrosso, kriminolog dari
Italia, dalam bukunya Crime, Its Causes
and Remedies (1918) memaparkan bhw perilaku menyimpang yang terkait dengan
bentuk tubuh seseorang. Dengan tegas, Lombrosso mengatakan bahwa ditinjau dari
segi biologis penjahat itu keadaan fisiknya kurang maju apabila dibandingkan
dengan keadaan fisik orang-orang biasa. Lombrosso berpendapat bahwa orang yang
jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan
pada mata yang khas, tangan beserta jari-jarinya dan jari-jari kaki relatif
besar, serta susunan gigi yang abnormal.
William Sheldon, kriminolog
Inggris dalam bukunya Varieties of
Delinquent Youth (1949) membedakan bentuk tubuh manusia yang mempunyai
kecenderungan melakukan penyimpangan ke dalam tiga bentuk, yaitu endomorph,
mesomorph, dan ectomorph yang
masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu.
1) Endomorph
(Bulat dan Serba Lembek)
Orang dengan bentuk tubuh ini menurut
kesimpulannya dapat terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang, karena
sangat mudah tersinggung dan cenderung suka menyendiri.
2)
Mesomorph (Atletis, Berotot Kuat,
dan Kekar)
Orang dengan bentuk tubuh seperti
ini sering menunjukkan sifat kasar dan bertekad untuk menuruti hawa nafsu atau
keinginannya. Bentuk demikian ini biasanya identik dengan orang jahat yang
paling sering melakukan perilaku menyimpang.
3) Ectomorph
(Kurus dan Terlihat Kelemahan Daya)
Orang yang seperti ini selalu menunjukkan
kepasrahan, akan tetapi apabila mendapat penghinaan-penghinaan yang luar biasa
tekanan jiwanya dapat meledak, dan barulah akan terjadi perilaku menyimpang
darinya.
B. Faktor Psikologis
Para ahli sosiologi cenderung
menerima sebab-sebab psikologis sebagai penyebab pembentukan perilaku
menyimpang. Misalnya hubungan antara orang tua dan anak yang tidak harmonis.
Banyak orang meyakini bahwa hubungan antara orang tua dan anak merupakan salah
satu ciri yang membedakan orang 'baik' dan orang 'tidak baik'. Sikap orang tua
yang terlalu keras maupun terlalu lemah seringkali menjadi penyebab deviasi
pada anak-anak.
C. Faktor Sosiologis
Banyak teori sosiologi yang
menerangkan faktor penyebab perilaku menyimpang. Misalnya, ada yang menyebutkan
kawasan kumuh ( slum ) di kota besar sebagai tempat persemaian deviasi dan ada
juga sosialisasi yang buruk membuat orang berperilaku menyimpang. Ada ditemukan
hubungan antara 'ekologi' kota dengan kejahatan, mabuk-mabukan, kenakalan
remaja, dan bunuh diri. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan
faktor2 penyebabnya:
1) Penyimpangan sbg Hasil Sosialisasi
Tidak Sempurna
Menurut teori sosialisasi, bila
sosialisasi tidak sempurna akan menghasilkan perilaku yang menyimpang.
Sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang
dipelajari kurang dapat dipahami sehingga timbul tindakan seseorang tanpa
peduli risiko.
2) Penyimpangan sebagai Hasil
Sosialisasi dari Nilai- Nilai Subkebudayaan Menyimpang
Shaw dan
Mc. Kay mengatakan, daerah2 tidak teratur dan tidak ada organisasi yang
baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerah2 demikian, perilaku
menyimpang (kejahatan) dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang sudah tertanam
dalam kepribadian masyarakat itu.
3) Proses Belajar yang Menyimpang
Mekanisme proses belajar perilaku
menyimpang sama halnya dengan proses belajar terhadap hal-hal lain yang ada di
masyarakat. Proses belajar itu dilakukan terhadap orang-orang yang melakukan
perbuatan menyimpang.
4) Ikatan Sosial yang Berlainan
Setiap orang biasanya berhubungan
dengan beberapa kelompok berbeda. Hubungan dengan kelompok2 itu cenderung
menempatkan dirinya dengan kelompok yang paling dihargai. Dalam hubungan itu,
individu itu memperoleh pola2 sikap dan perilaku kelompoknya. Bila pergaulan itu
memiliki pola2 sikap dan perilaku menyimpang, maka kemungkinan besar ia juga
akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang.
7. Teori Penyimpangan Sosial
Sejumlah teori penyimpangan
sosial dapat dikemukakan di bawah ini, yakni teori differential association yang
digagas Sutherland, teori labeling oleh Edwin M. Lemert, teori anomie dari Emile
Durkheim, teori Konflik oleh Karl Marx, dan teori Tipologi Adaptasi oleh Robert K. Merton. Kita
bahas satu per satu
1. Teori Differential Association. Teori ini menyatakan
bahwa perilaku menyimpang dipelajari melalui proses cultural transmission (alih
budaya).
2. Teori Labeling/Reaksi Sosial. Teori ini
menyatakn bahwa individu atau kelompok menjadi menyimpang karena adanya label
atau cap atau stigma yang diberikan masyarakat kepada mereka.
3. Teori Anomie. Teori ini menyatakan bahwa
penyimpangan merupakan akibat timbulnya ketegangan-ketegangan dalam usaha
meraih posisi yg diharapkan masyarakat.
4. Teori Sosialisasi. Teori ini menyatakan
bahwa perilaku menyimpang terjadi karena ketidakmampuan warga masyarakat dalam
menghayati nilai-nilai dan norma dominan yang telah disepakati oleh komunitas
tertentu (Delinquency-area; padat, miskin, kumuh ).
5. Teori Pengendalian. Teori ini
menyatakan bahwa perilaku menyimpang dipengaruhi oleh dua faktor, Inside
control berupa norma-norma yang dihayati, dan outside control berupa Reward
terhadap konformitas and punishment terhadap deviance.
6. Teori Konflik
Teori ini berpandangan bahwa kejahatan terkait
erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga perilaku menyimpang diciptakan
oleh kelompokkelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan
mereka sendiri. Pandangan ini juga mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan
kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai
dan kepentingan mereka.
7. Teori Tipologi Adaptasi
Teori ini menjelaskan
penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan
hanya menghasilkan perilaku yang konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku
menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan, di mana
tujuan tersebut adalah halhal yang pantas dan baik. Selain itu, diatur juga
cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara tujuan
(cita-cita) yang ditetapkan dengan cara untuk mencapainya, maka akan terjadi
penyimpangan.
Merton mengemukakan tipologi
cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme,
pengasingan diri, dan pemberontakan (keempat yang terakhir merupakan perilaku
menyimpang).
1. Konformitas ( conformity
) , merupakan cara adaptasi dimana pelaku mengikuti tujuan dan cara yang
ditentukan oleh masyarakat. Misalnya Gaelan belajar dengan sungguh-sungguh agar
nilai ulangannya bagus.
2. Inovasi ( inovation
), terjadi apabila seseorang menerima tujuan yang sesuai dengan
nilai-nilai budaya yang diidamkan masyarakat, tetapi menolak norma dan kaidah
yang berlaku. Misalnya untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM), Arif tidak
mengikuti ujian, melainkan melalui calo
3. Ritualisme (
ritualism ), terjadi apabila
seseorang menerima cara-cara yang diperkenankan secara kultural, namun menolak
tujuan-tujuan kebudayaan. Misalnya, walaupun tidak mempunyai keahlian atau
keterampilan di bidang komputer, Mita berusaha untuk mendapatkan ijazah itu
agar diterima kerja di perusahaan asing.
4. Pengasingan diri ( retreatism
), timbul apabila seseorang menolak tujuan-tujuan yang disetujui maupun
cara-cara pencapaian tujuan tersebut. Pengasingan diri terjadi apabila nilai-nilai
sosial budaya yang berlaku tidak dapat dicapai melalui cara-cara yang telah
ditetapkan. Misalnya tindakan siswa yang membakar gedung sekolahnya karena
tidak lulus Ujian Akhir Nasional.
5. Pemberontakan ( rebellion
), terjadi apabila seseorang menolak sarana maupun tujuan yang disahkan
oleh kebudayaan dan menggantikannya dengan yang lain. Misalnya pemberontakan G
30S/PKI yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis.
8. Ragam Penyimpangan Sosial
a. Penyimpangan Individual (
Individual Deviation)
Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang
yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai
penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya.
Penyimpangan yang bersifat
individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan atas pembandel,
pembangkang, perusuh atau penjahat, dan munafik.
1) Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak
patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2) Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak
taat pada peringatan orang-orang.
3) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena
melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar
rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.
4) Perusuh atau penjahat, yaitu
penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian
harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong,
dan lain-lain.
5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak
menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
b. Penyimpangan Kelompok ( Group Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh
sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya, namun bertentangan dengan
norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan ini terjadi dalam subkebudayaan
menyimpang yang umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi
sendiri, sehingga cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat yang lebih luas.
c. Penyimpangan Campuran (Mixture
of Both Deviation)
Sebagian remaja yang putus sekolah
(penyimpangan individual) dan pengangguran yang frustasi (penyimpangan
individual), biasanya merasa tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat.
Mereka sering berpikir seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh
jalan pintas untuk hidup enak, dgn
membuat “gang” spt marak saat ini. Kelompok ini terorganisasi dan
memiliki pimpinan yg jd idola-nya
d. Penyimpangan Primer ( Primary Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan
seseorang hanya bersifat temporer atau sementara dan tidak berulang. Individu
yang melakukan penyimpangan ini masih dapat diterima oleh masyarakat karena
hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang tersebut dan di lain
kesempatan tidak akan melakukannya lagi.
e. Penyimpangan Sekunder ( Secondary Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh
seseorang secara terus-menerus, sehingga akibatnya pun cukup parah serta
mengganggu orang lain. Akibatnya masyarakat tidak dapat menerima dan tidak
menghendaki individu semacam itu hidup bersama dalam masyarakat mereka.
Light, Keller, dan Callhoun dalam bukunya yang berjudul Sociology (1989) membedakan kejahatan menjadi
empat tipe, yaitu:
1) White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)
Kejahatan
yang dilakukan orang yang terpandang atau berstatus tinggi dalam hal
pekerjaannya. Contoh : Koruptor, Pengemplang pajak, dst
2) Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban)
Kejahatan
tidak menimbulkan penderitaan pada korban secara langsung akibat tindak pidana
yang dilakukan. Contoh : penjudi, pemabuk, pemerkosa
3) Organized Crime (Kejahatan Terorganisir)
Kejahatan
ini dilakukan secara terorganisir dan berlanjut dengan menggunakan berbagai
cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan jalan menghindari hukum.
Contoh : muncikari/germo, penadah barang curian, perdagangan
perempuan/anak/bayi keluar negeri
4)
Corporate Crime (Kejahatan
Korporasi)
Kejahatan
ini dilakukan organisasi formal dengan tujuan menaikkan keuntungan dan menekan
kerugian. Contoh : pedagang2 opium membentuk kartel/usaha
Selanjutnya Light, Keller, dan
Callhoun membagi tipe kejahatan korporasi ini menjadi empat, yaitu kejahatan
terhadap konsumen, kejahatan terhadap publik, kejahatan terhadap pemilik
perusahaan, dan kejahatan terhadap karyawan.
Penyimpangan seksual adalah
perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan oleh masyarakat. Adapun beberapa
jenis perilaku ini di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Perzinaan, yaitu hubungan
seksual di luar nikah.
2) Homoseksual, yaitu hubungan seksual yang
dilakukan dengan sesama jenis. Homoseksual dibedakan atas lesbian dan homoseks.
Lesbian adalah hubungan seksual dengan sesama wanita, sedangkan homoseks
hubungan seksual dengan sesama pria.
3) Kumpul kebo (Semenleven), yaitu hidup bersama
seperti suami istri, namun tanpa ada ikatan pernikahan.
4) Sadomasochist , yaitu pemuasan nafsu seksual
dengan melakukan penyiksaan terhadap pasangannya.
5) Paedophilia , yaitu memuaskan keinginan
seksual yang dilampiaskan kepada anak kecil.
6) Sodomi, yaitu hubungan seksual
yang dilakukan melalui anus atau dubur; sering disebut “analsex”.
7)
Gerontophilia , yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan orang-orang
lanjut usia.
Menurut Dr. Graham Baliane (Kartini Kartono, 1992)
kaum muda atau remaja lebih mudah terjerumus pada penggunaan narkotika karena
faktor-faktor sebagai berikut.
1) Ingin membuktikan keberaniannya dalam
melakukan tindakan berbahaya.
2) Ingin menunjukkan tindakan
menentang terhadap orang tua yang otoriter.
3) Ingin melepaskan diri dari
kesepian dan memperoleh pengalaman emosional.
4) Ingin mencari dan menemukan
arti hidup.
5) Ingin mengisi kekosongan dan
kebosanan.
6) Ingin menghilangkan
kegelisahan.
7) Solidaritas di antara
kawan.
8) Ingin tahu.
Di masyarakat, kita bisa
menemukan berbagai gaya hidup yang antara orang yang satu dengan orang yang
lain mungkin terdapat perbedaan-perbedaan. Gaya hidup setiap orang bisa
dipengaruhi oleh lingkungan, pendapatan, kemampuan pribadi, dan lain-lain. Gaya
hidup seseorang juga dapat menimbulkan suatu penyimpangan dalam masyarakat. Ada
dua bentuk penyimpangan dalam gaya hidup, yaitu sikap arogan dan sikap
eksentrik.
1) Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap
sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Atau bisa
saja sikap itu dilakukan untuk menutupi kekurangannya.
2) Sikap eksentrik adalah perbuatan yang
menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh. Misalnya anak lakilaki
memakai anting-anting, berambut panjang.
Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Penyimpangan Harus Dapat
Didefinisikan
b. Penyimpangan Bisa Diterima
Bisa juga Ditolak
c. Penyimpangan Relatif dan
Mutlak
d. Penyimpangan terhadap Budaya
Nyata ataukah Budaya Ideal
e. Terdapat Norma-Norma
Penghindaran dalam Penyimpangan
f. Penyimpangan Sosial Bersifat
Adaptif (Menyesuaikan)