“KEBUDAYAAN MENTALITAS
&
PEMBANGUNAN MENTALITAS“
Oleh
:Melvin M.Simanjuntak, STh, MSi
PENGERTIAN MENTALITAS
Sebelum tulisan ini mengupas tentang kebudayaan mentalitas dan pembangunan
mentalitas maka ada baiknya dicermati dulu beberapa definisi tentang kata “mentalitas”.
Menurut pengertian kamus, mentalitas ialah keadaan dan
aktivitas jiwa (batin), cara berpikir, dan berperasaan. Sedangkan Koentjaraningrat mendefinisikan mentalitas
perlu suatu orientasi nilai budaya utk menilai tinggi hasil dari karya manusia. Jadi
“mentalitas” adalah totalitas produk akal dan nurani sehat manusia yang
bernilai dan bermanfaat.
BEBERAPA TIPOLOGI MENTALITAS BUDAYA MASYARAKAT
Menurut sosiolog
terkenal Rusia, Pitirim Sorokin, mentalitas budaya masyarakat dapat dibagi ke
dalam 3 (tiga) bagian pokok sebagai berikut :
1. Kebudayaan Ideasional
Tipe ini berdasar pikiran bahwa kenyataan akhir itu bersifat
nonmaterial, transenden, dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Dunia ini dilihat
sebagai suatu ilusi, sementara, dan tergantung pada dunia transenden, atau
sebagai aspek kenyataan yang tidak sempurna dan tidak lengkap. Kenyataan akhir
merupakan dunia Allah atau nirwana, atau suatu konsepsi lainnya mengenai ada
yang kekal dan tidak materil. Kebudayaan
Ideasional ini pun dirincinya lebih lanjut.
1.1. Kebudayaan Ideasional Asketik
Mentalitas ini
memperlihatkan suatu ikatan tanggung jawab untuk mengurangi sebanyak mungkin
kebutuhan materil manusia supaya mudah diserap ke dalam dunia transenden.
1.2. Kebudayaan Ideasional Aktif
Selain untuk
mengurangi kebutuhan inderawi, tipe ini berusaha mengubah dunia materil supaya
selaras dengan dunia transenden.
2. Kebudayaan Inderawi (Sensate Culture)
Tipe ini didasarkan
pemikiran bahwa dunia materi yang kita alami dengan indera adalah
satu-satunya kenyataan yang ada. Eksistensi kenyataan adi-indewawi atau yang
transenden disangkal. Kebudayaan Inderawi ini juga dijelaskan lebih
lanjut.
2.1. Kebudayaan Inderawi Aktif
Kebudayaan ini mendorong usaha aktif dan giat untuk
meningkatkan sebanyak mungkin pemenuhan kebutuhan materil dengan mengubah dunia
fisik ini sedemikian, sehingga menghasilkan sumber-sumber kepuasan dan
kesenangan manusia. Mentalitas ini mendasari pertumbuhan teknologi dan
kemajuan-kemajuan ilmu
2.2. Kebudayaan Inderawi Pasif
Mentalitas inderawi pasif meliputi hasrat untuk
mengalami kesenangan hidup inderawi setingginya. Sorokin menggambarkan
pendekatan ini sebagai suatu “eksploitasi parasit”, dengan motto: “Makan,
minum, dan kawinlah, karena besok kita mati”. Mengejar kenikmatan tidak
dipengaruhi oleh suatu tujuan jangka panjang apapun.
2.3. Kebudayaan Inderawi Sinis
Dalam hal tujuan-tujuan utama, mentalitas ini serupa dengan
kebudayaan inderawi pasif, kecuali bahwa mengejar tujuan-tujuan inderawi
dibenarkan oleh rasio ideasional. Dengan kata lain, mentalitas ini bersifat munafik (hipokrit) untuk membenarkan
pencapaian tujuan materialistis atau inderawi dengan menunjukkan sistem nilai
transenden yang pada dasarnya tidak diterimanya.
3. Kebudayaan Campuran
Kategori ini
mengandung penegasan terhadap dasar berpikir (premis) mentalitas ideasional dan
inderawi. Kebudayaan Campuran ini
terdiri dari :
Kebudayaan ini terdiri dari suatu campuran
organis dari mentalitas ideasional dan inderawi sehingga keduanya dilihat
sebagai pengertian yang sahih mengenai aspek-aspek tertentu dari suatu kenyataan
akhir. Dengan kata lain, dasar berpikir kedua tipe mentalitas itu secara
sistematis dan logis saling berhubungan.
Tipe ini khususnya didominasi oleh
pendekatan inderawi, tp unsur-unsur ideasional hidup secara berdampingan dengan
yang inderawi, sebagai suatu perspektif yang saling berlawanan. Tidak seperti
tipe kebudayaan idealistis, kedua perspektif yang saling berlawanan ini tidak
terintegrasi secara sistematis, kecuali sekedar hidup berdampingan sejajar satu
sama lain.
MENTALITAS MASYARAKAT INDONESIA
Menurut
Koentjaraningrat tdk dari penelitian empiris beropini agar kita berusaha
mengatasi, mengurangi, menghilangkan sifat-sifat yang dianggap merupakan
penghalang proses pembangunan. Sedangkan
menurut riset Prof. A.S. Munandar menunjukkan betapa
sangat beragamnya mental manusia Indonesia, maka dapat kita simpulkan bahwa
bagian dari sistem mental kita ini sangat beragam sesuai dengan keanekaragaman
budaya yang dimiliki bengsa ini. Nilai budaya tidak lagi berbeda hanya karena
faktor tempat asal, tapi juga profesi, religi, dan teknologi, misalnya. Karena
keberagamannya maka pengindetifikasian sikap mental dari bangsa Indonesia yang
tidak melalui penelitian empiris dan hanya untuk memenuhi satubagian dari
tujuan (pembangunan)
Setelah revolusi,
mentalitas bangsa Indonesia bersumber pada kehidupan ketidakpastian, tanpa
pedoman dan orientasi yang tegas shg terjadi kemerosotan ekonomi dan kemunduran
dalam berbagai sektor kehidupan sosial budaya. Karena mentalitas ini mempunyai
kelemahan:
1. Sifat mentalitas yang meremehkan mutu
2. Sifat mentalitas yang suka menerabas
3. Sifat mentalitas tak percaya diri sendiri
4. Sifat mentalitas tak berdisiplin murni
5. Sifat mentalitas yang suka mengabaikan
tanggungjawab yang kokoh
Munandar melihat
bahwa manusia pembangun Indonesia perlu memilki suatu sistem nilai yang
mendasari, mempedomani, dan mengarahkan perilakunya sehari-hari, perilakunya
dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan produktif, ia juga melihat bahwa
Ekaprasetya Pancakarsa yang merupakan code
of conduct atau dasar pedoman perilaku manusia Indonesia pada umumnya perlu
disoroti lebih lanjut. Opini Koentjaraningrat berdasar teori antropolog tenar AS Kluckhon:
"Suatu bangsa yang hendak mengintensifkan usaha untuk pembangunan harus
berusaha agar banyak dari warganya lebih menilai tinggi orientasi ke masa
depan, dan bersifat hemat untuk bisa lebih teliti memperhitungkan hidupnya di
masa depan; lebih menilai tinggi hasrat eksplorasi untuk mempertinggi kapasitas
berinovasi; lebih menilai tinggi orientasi ke arah achievement dari karya dan
akhirnya menilai tinggi mentalitas berusaha atas kemampuannya sendiri,
berdisiplin murni dan berani bertanggungjawab sendiri".
TANTANGAN PEMBANGUNAN INDONESIA
1. Mentalitas masyarakat tsb lebih cenderung bersifat ikut-ikutan;
tdk bisa proaktif & inovatif
- Pandangan tsb tdk sesuai dgn opini Samuel Huntington dlm buku “Civilization and Climate” bhw kebudayaan suatu masyarakat dpt maju bila terletak di iklim subtropis
BEBERAPA ARAL PEMBANGUNAN
Menurut antropolog
Koentjaraningrat ada beberapa sikap mentalitas yang dapat menjadi penghambat
proses laju pembangunan, yakni:
1. Sikap sabar
2. Sikap ikhlas
3. Sikap "Nrimo"
4. Sikap menonjolkan diri, tak menghargai prestasi orang lain
1. Sikap sabar
2. Sikap ikhlas
3. Sikap "Nrimo"
4. Sikap menonjolkan diri, tak menghargai prestasi orang lain
Solusinya : perlu “need of achievement” dari konsep
David Mc Clelland yg sgt menekankan semangat atau motivasi individu utk
berprestasi sbg pemuasan batin pribadi, bukan hanya sbg pemenuhan kebutuhan
pribadi semat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar